Lomba Review Workshop Penulisan Cerita Anak

Dalam rangka berbagi ilmu, IIDN Jogja sudah mengadakan workshop penulisan Cerita Anak, Minggu 13 September 2015.
Sebagai tindak lanjut sharing tersebut, IIDN Jogja mengadakan lomba review workshop penulisan Cerita Anak untuk para peserta workshop agar ilmu yang diperoleh bisa dibagi. Oleh karenanya, IIDN Jogja membuka lomba review untuk peserta workshop dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Follow twitter IIDN Jogja @IIDNJogja dan blog IIDN Jogja.
2. Review workshop berisi ilmu yang diperoleh, manfaat, kesan dan pesan atau kritik dan saran.
3. Review terdiri dari antara 300-500 kata, dengan menyebutkan perpustakaan kota Yogyakarta, Sirkulasi Kompas Gramedia, dan IIDN Jogja.
4. Review ditulis dalam note FB atau di blog masing-masing peserta.
5. Link review ditautkan di akun twitter IIDN Jogja dengan tagar #ReviewWorkshop
6. Lomba review diadakan dari tanggal 17-23 September 2015
7. Pemenang Lomba akan diumumkan pada tanggal 27 September 2015 di twitter IIDN Jogja.
8. Akan dipilih 2 pemenang yang berhak mendapatkan hadiah spesial dari IIDN Jogja.
9. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat

Selamat dan Semangat Menulis :)

Kopdar ala Mak: Pertemuan Rutin yang Penuh Ilmu

Hari ini  Minggu 7 Desember 2014, sebagai warga dari komunitas Ibu Ibu Doyan Nulis, yang sesekali suka diplesetkan menjadi Ibu Ibu Doyan Narsis....kadang juga melenceng dari niat awalnya menjadi Ibu Ibu Doyan Ngeksis... kalau lagi pengin jalan-jalan menjadi Ibu ibu Doyan Ngebolang.... Kalau ditanya umur? Hahaha .... kepanjangannya berubah lagi menjadi Ibu Ibu Doyan Ngibul ....kalau lagi kumat jailnya dan pengin "ngeces" rame rame berubah kepanjangannya menjadi Ibu Ibu Doyan Nglotis ... lhoo?? Hehehe, suka suka saja bagaimana mengartikannya ....siang ini saya menghadiri Pertemuan Rutin yang "lebih istimewa" terasa. 

Betapa tidak, pertemuan kali ini diselenggarakan di rumah jeng Ita --begitu saya biasa menyapa nyonya rumah-- yang sejuk teduh dan adem. Meskipun cuaca dan suasana sangat mendukung, tetapi acara demi acara berlangsung dalam suasana yang sedikit panas.

Panas?

Iyaa... Hari ini dilaksanakan pemilihan Pengurus IIDN Korwil Jogjakarta yang baru. Setelah periode kepengurusan yang lama dibawah kendali dan komando jeng Astuti Rahayu, mulai hari ini tongkatnya berpindah ke tangan jeng Irfa Hudaya. Kami, para member yang hadir diberi secarik kertas kosong. Kita diminta untuk menuliskan satu nama yang dipandang bisa dan mampu untuk menduduki jabatan sebagai Pengurus IIDN Korwil Jogja.

Meskipun  pemilihan tersebut berlangsung dalam suasana yang "tegang" ...MC beberapa kali harus mengingatkan para hadirin untuk segera mengumpulkan nama yang sudah dipilih kedalam sebuah kotak, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Masing-masing dari kami sibuk bercengkerama sambil menikmati hidangan yang tersedia.

Oh iya....kebiasaan kami bila sedang berkumpul rame rame seperti ini adalah: masing-masing yang hadir akan membawa potluck untuk dinikmati bersama-sama. Nyonya rumah akan memberitahukan kesanggupannya untuk menyediakan nasi dan minuman misalnya....lalu kami-kami yang akan hadir juga memberitahukan "bawaannya". Misalnya si A akan membawa sayur oseng tempe, lalu si B akan membawa trancam, lalu si C mengajukan diri membawa bakwan jagung....begitu seterusnya.

Selain pemilihan pengurus baru, kopdar kali ini kita berbagi cerita "behind the scene" dari buku Pondok Mertua Indah. Seruuu.....Apalagi si nara sumber; jeng Nunung Nurlaela menjelaskan proses menulis buku tersebut sambil mengasuh si kecil. Hebat bukan? Sesekali penjelasannya diselingi dengan acara menyusui. Hehehehe ......dimana lagi ada pertemuan yang diwarnai dengan acara menyusui dan momong si kecil?








Sessi kedua, kami mendapatkan ilmu tentang food fotography. Nara sumber kami yang cantik ternyata tidak main-main dalam menyiapkan materinya. Selain materi dalam bentuk power point, jeng Vanny Mediana tak lupa membawa serta property pelengkap yang dipakai saat mengambil gambar suatu masakan.

Bayangkan......jeng Vanny rela "ngotong-otong" -- membawa pernak pernik yang tak pernah kami pikirkan sebelumnya.




Potongan karpet, styrofoam, aluminium foil lembaran yang ditempel di styrofoam, baki/nampan dari kayu dengan motif garis garis yang cantik dll.
Tak lupa, jeng Vanny juga menyelenggarakan kursus kilat bagaimana cara mengambil gambar masakan yang sudah di platting lengkap berikut prakteknya. Kalau kita kursus di luaran, berapa duit tuuh? Hahahaha .....
Mau liat bagaimana serunya kami belajar memotret masakan dan segala pernak perniknya? Foto-foto berikut mungkin bisa bercerita lebih jelas.





















Selesai makan siang, kami masih membahas beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari Senin 8 Desember 2014. Tidak banyak yang dibicarakan, kami hanya memastikan sampai seberapa jauh persiapan yang sudah dilakukan sekaligus checking terakhir.


Tapi dasar emak-emak, sepenting apapun persoalan yang dibahas, ujung-ujungnya tetap saja......."ngguyu ngakak". Hehehehe. Seruuuu pokoknya.

Selesai acara, seperti biasa nyonya rumah akan menyediakan kantung plastik untuk kami. Dengan wajah penuh senyum, nyonya rumah mempersilahkan kami untuk membawa hidangan yang masih tersedia. Tahu artinya "kirmah" kan? Emak emak yang "mikirke ngomah" ....Hahahaha.













foto-foto koleksi IIDN Korwil Jogja.


Hujan mengiringi kami pamit dan menuju rumah masing-masing. Siapkan tenaga untuk kegiatan esok hari. 


=====%%%%%%%%=====

Oleh-oleh Talkshow Dee 15 November 2014

Ketika tahu bahwa Dewi Lestari, akan datang ke Yogyakarta, aku sangat antusias.  Bahkan jauh-jauh hari telah kupesan tiket pada panitia Scholatika Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.  Lima puluh ribu, harga yang sangat layak untuk mendapatkan kesempatan emas bertemu penulis pujaan hati.  Bahkan cenderung murah menurutku.  Bagaimana tidak, di kesempatan itu aku akan bertatap langsung dengan Dewi “Dee” Lestari, mendengarkan segala ceritanya, hingga booksigning.  Daaan, aku berharap ada kesempatan untuk berfoto dengannya.

Ruang aula besar dihiasi para panitia berseragam merah, serta hingar bingar para peserta talkshow.  Betapa hidup nuansa dinamis di ruangan ini, nuansa para pecinta berat “Dee”

Dan hadirlah si wanita multi talenta dengan blus merah darahnya dan celana panjang casual hitamnya. “Cantiiik, elegan, pintar” gumamku berulangkali pada sahabat – sahabatku satu komunitas. Yup, kami berempat sangat antusias ketika mengetahui kalau Dee akan hadir ke Yogyakarta. 

Hmmm, let me share what I got at that talkshow yaks,.

Siapa penulis idola Dee?
Sapardi Djoko Darmono, bagi saya tulisan beliau sangat sarat makna. Buku yang saya sukai dari beliau “Hujan Bulan Juni”.

Apa arti menulis menurut Dee?
Bagi saya, menulis merupakan perjalanan sangat panjang, yang telah saya tempuh. Kita kadang terkeana euphoria, antusias ketika buku pertama terbit, tetapi terlena setelahnya, sehingga kemampuan menurun.  Dan lagi, menulis itu adalah proses yang terus-menerus, bukan hanya ketika mengetik, tetapi sepanjang waktu.

Dee adalah wanita multi talenta, yang bisa menyanyi, menulis lirik lagu, hingga menulis novel, lalu mengapa Anda kemudian lebih memilih menjadi penulis?
Well, sebenarnya saya adalah wanita rumahan, saya sebenarnya tidak betah pergi lama-lama, terlebih setelah berkeluarga. Jika saya menyanyi, saya harus menempuh minimal satu jam perjalanan berangkat, satu jam perjalanan pulang, itupun jika tidak macet.  Belum lagi di lokasi saya harus menunggu, padahal menyanyinya mungkin hanya 1-2 lagu.  Sangat melelahkan bagi saya.  Dan lagi saya tidak suka meninggalkan rumah, meninggalkan anak-anak saya.  Kemudian seiring berjalannya waktu saya memilih menjadi penulis.  Menjadi penulis menyenangkan lhoo, kita bisa produktif sepanjang masa, bisa dilakukan dari rumah, terlebih lagi ketika saldo rekening kita bertambah karena royalty. J Menulis bisa dilakukan oleh siapapun, usia berapapun.  Sangat menyenangkan, kurasa.

Selama ini ketika Anda menulis, diksinya sangat luar biasa, adakah bagian-bagian dari novel tersebut yang dilatarbelakangi oleh pengalaman hidup Anda?
Awalnya iya, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar penulis akan menulis tentang dirinya, pengalamannya, akan tetapi lama-kelamaan dia akan reach out.  Seperti pada Supernova I, diskusi Ruben dan Dimas itu ada beberapa nyata dalam benak saya lho.  Ada percakapan-percakapan yang memang bersliweran dalam benak saya, dahulu kala.  Tapi kemudian lama kelamaan tidak ada sedikitpun tentang saya yang menempel pada karya-karya saya.  Saya tidak menjadikan diri dan fisik sebagai bahan tulisan, tetapi lebih ke banyak imajinasi.

Kata orang, setiap penulis punya dua kehidupan, bagaimana menurut Anda?
Setiap penulis pasti punya “double kamera” yang digunakan, satu dia gunakan sebagai pribadi sendiri, dan satunya lagi dia gunakan sebagai penulis, bagaimana dia bisa mendapatkan inspirasi-inspirasi dari segala yang berseliweran di depannya.  Sebagai contoh, tadi ketika saya turun dari pesawat di bandara Adisutjipto, “double kamera” saya berfungsi.  Satunya sebagai Dewi Lestari pribadi, saya mungkin berpikiran “bagaimana caranya segera mengontak panitia”. Sementara saya sebagai penulis, malah akan berhenti sejenak melihat ratusan laron mati di landasan bandara.  Saya sebagai penulis, malah akan berhenti, dan mengamati, seandainya ada diantaranya yang masih hidup, dan dia akan menjelma menjadi sesuatu, dan bla bla.  Imajinasi saya pasti akan mengemas laron-laron, yang bagi sebagian orang lain sangat biasa, tapi tidak bagi penulis.

Bagaimana Anda mendapatkan inspirasi untuk karya-karya Anda yang luar biasa ini?
Sebenarnya, kita bukan mencari inspirasi, tetapi kitalah yang dicari inspirasi. Inspirasi tidak pernah meninggalkan kita, tetapi kitalah yang kurang mengasah intuisi, menajamkan feeling, sehingga seolah-olah kita yang tidak mendapatkan inspirasi sama sekali.  Padahal kita yang tidak mengasah intuisi.

Selama Anda menulis karya-karya yang spektakuler ini, apakah selalu membuat kerangka terlebih dahulu?
Ketika saya menulis Supernova I yang 47.000 kata, dan dulu saya menulisnya tanpa kerangka.  Mengalir saja.  Tetapi setelahnya, saya menggunakan kerangka, selain itu menjadi batasan tulisan saya, juga membuat saya lebih efektif dalam menulis. Walau dengan kerangka, tidak menutup kemungkinan saya terus berimprovisasi.
Ada dua tipe menulis : (1) sistem organik, mengalir, cerita tumbuh, (2) sistematis, dengan kerangka.  Saya menggunakan keduanya.  Jadi semi organic dan semi kerangka.
Pada saat menulis “Perahu Kertas” (1996) saya menggunakan sistem tumbuh, mengalir, hingga sempat vakum, karena saya kehabisan “bensin” dan “energy.  Hingga 11 tahun kemudian, 2007, saya menulis ulang naskah tersebut.
Pesan saya, jangan pernah buang naskah-naskah kalian yang belum jadi, pasti suatu saat akan berguna. Contohnya “Perahu Kertas” saya ini.

Seringkali penulis pemula mengalami euphoria, merasa tulisannya paling keren, wajar atau tidak menurut Dee?
Sangat wajar, bahkan saya sempat mengalaminya. Kita merasa kita paling hebat, tulisan kita paling luar biasa.  Karenanya, biasakan beri “waktu fermentasi”, endapkan naskah kita untuk beberapa hari, biasanya akan menunjukkan “wajah aslinya” J

Pernah gak sih seorang Dee galau? Gimana saran Dee untuk teman-teman yang sering galau?
Kalau galau, nikmati saja, kemudian tulis. Biarkan dia kembali dalam bentuk royalty.  Itu namanya galau yang produktif J

Ada tips untuk para penulis pemula?
Jadilah pengamat yang baik, dan teruslah berlatih.  Menulis itu seperti otot, yang akan berkembang jika dilatih. Latihlah terus, keep it small, keep it going.  Tahu tidak, seorang Ade Rai juga tidak terlahir dengan badan kekar, dia berlatih terus-menerus. J *audiens tertawa*

Bagaimana Anda menjiwai tokoh-tokoh yang sedang Anda tulis?
Pasti sebagian teman-teman yang disini dan pernah menulis, pasti pernah mengalami rasa jatuh cinta pada sang tokoh, atau seperti sahabat.  Seperti sekarang, saya merasa sedang bersahabat dengan Alfa.  Dulu ketika menulis Akar, saya merasa jatuh cinta pada Bodhi.  Seandainya ia nyata, mungkin sudah saya lamar. J
Karakter yang saya tulis selalu bernyawa, saya menulis menyesuaikan dengan situasinya.  Ketika si tokoh jatuh cinta, saya juga ikut-ikutan bahagia, demikian juga ketika menangis maupun tertawa.

Kenapa Anda bergonta-ganti nama, dari Dee kembali menggunakan Dewi Lestari?
Pertama kali saya muncul, saya lebih terkenal sebagai Dewi RSD.  Kemudian ketika menulis Supernova Satu, saya pengin punya identitas diluar saya sebagai penyanyi.  Hingga saya pakai “Dee”.  Belakangan menjadi ribet, Dee siapa?  Hingga akhirnya kembali menggunakan nama “Dewi Lestari”, nama asli sejak lahir.

Yang terakhir, novel-novel Anda sangat banyak yang suka, namun juga tidak jarang ada yang mengkritik habis-habisan.  Bagaimana Anda menyikapinya?
Bagi saya, menulis adalah untuk diri sendiri, bukan untuk orang lain.  Capek jika harus menuliskan sesuai dengan keinginan pembaca.  Dan itu artinya kita akan kehilangan orisinalitasnya.

Then obrolan dengan si cantik Dee telah usai, kemudian para audiens berkesempatan minta booksigning dan photo session pastinya. Puaaas rasanya bertemu salah satu dengan penulis idolaku.  Sukses selalu ya Dee, karyamu selalu menginspirasi. Muaaah,.. :*

Foto & narasi : Titin Sept (www.titinseptiana.blogspot.com)







Kata IIDN-ers

IIDN Yogya : complete, hommy, friendly, full of sharing, bikin kangen, penuh energi positif, saling support, saling belajar, selalu berpelukan secara nyata maupun maya… 

Love you all, IIDNers (Titin Septiana Yahya )

Love you all, IIDNers (Titin Septiana Yahya )


Tadinya pengen belajar nulis saja, ternyata paketnya komplit di IIDN Jogja. Selain ketemu penulis hebat yang penuh semangat, jadi punya teman share di segala topik. Dari masakan sampe parenting, dari kesehatan sampai royalti. Yang pasti tambah banyak banget sodara. Love you IIDNers… (Anjas Wulansari )



pengen gabung dengan komunitas perempuan2 hebat IIDN…sesuatu banget bisa belajar bareng dengan mereka2 yg udah jago nulis…padahal saya baru pengen belajar bisa nulis yang bagus….seneng punya komunitas baru,tambah temen,ilmu,bs saling berbagi untuk menjadi perempuan sekaligus ibu yang hueeebbbbaaaatt (Etik Bundanya Yuan Hayati )



Saya gabung IIDN sebab ingin belajar menulis dan menjaga bara semangat nulis agar tak kunjung padam; juga ingin punya komunitas yang ciamik. Ternyata IIDN ngasih lebih ke saya: persaudaraan dan banyak wawasan-ilmu di luar dunia tulis-menulis (Agustina Purwantini Soebachman )



Sy sendiri sebenarnya bukan penulis…. so sy sngt berterimakasih sdh diterima bergabung d IIDN. Sy masuk IIDN karenaselain ingin belajar menulis juga rindu py komunitas yg positif. maklum utk ibuk-ibuk macam sy gak byk alternatif tmp n media utk ngangsu kawruh (Purwanti ER Wahab)



IIDN bagi saya adalah keluarga, yg bersama2 belajar tumbuh dan berkembang, saling berbagi dan menyemangati, terutama di bidang penulisan.
Sebuah komunitas yg dibangun dari kesamaan mimpi dan harapan, tempat belajar sekaligus mengekspresikan diri dalam hal2 positif.
Manfaat ikut IIDN: punya keluarga baru.. lengkap dengan bermacam2 paket ilmu yg sangat berharga dan bermanfaat, spirit dan kebersamaan, dan banyak lagi yg lain..
Love IIDN much.. (Etyasari Soeharto)

Saya orang yang haus ilmu. Awalnya pengen bergabung dengan IIDN karena ingin belajar tentang penulisan, ternyata….nambah banyak ilmu yang lainnya! Tetaplah saling menginspirasi ya Buibu! (Candy Belani)


tempat aspirasi seorang ibu dan calon ibu banyak ilmu dan tahu tentang kepenulisan tambah saudara pokoknya baaa..nyak ilmu:) (Avie Azahra)



Mendapatkn ilmu yg bermanfaat dan berbagi ilmu yg ada biar tambah manfaat pribadi dan group..menambah sodara..mengasah kemampuan tuk bisa menulis..pingin bisa merealisir cetak buku .(Dwi Ariyani Hardiyanti )


Dyah Istiani Menjalin 
IIDN itu tali silaturakhim sambil berbagi pengalaman ttg dunia tulis menulis dgn Ibu2x yg tergabung dlm grup yg keren……salam hangat utk semua Ibu2x IIDN Yogya!



Sulis Mukaryanah Widarti
Iidn adalah wadah inspirstif.motivasi dan harapan wanita cerdas utk berbagi dengan menulis.
Tujuan ikut iidn : belajar supaya mampu menulis sebagai solusi yg membaca



ingin belajar ilmu kepenulisan dan paketannyan (Marul Prihastuti)


#Kuis Fiksi - Juni 2014 (Ramadhan Berkesan)


Selamat hari Senin Mbaks… 

Jumpa lagi… jumpa Tini kembali … *sing :D 
Mbak-mbak, seperti jadwal yang sudah disepakati, bulan ini kita akan mengadakan lomba fiksi. Nah, berhubung Ramadhan tinggal menghitung hari, asyik deh kalau kita bikin fiksi tentang Ramadhan. 

Fiksi yang diangkat bertemakan Ramadhan berkesan. Mbak-mbak pasti punya kan cerita Ramadhan yang berkesan. Misalkan saja waktu kecil. Pasti banyak cerita tentang Ramadhan waktu kecil yang berkesan, seperti puasa yang sering bolong, tidak sengaja makan waktu puasa karena lupa sedang puasa, dan sebagainya. Atau bisa juga tentang Ramdhan bersama suami untuk pertama kalinya, Ramadhan saat hamil, atau Ramadhan di tanah rantau atau di kampung halaman. Nah, semuanya bisa dikemas apik menjadi fiksi yang menarik pastinya. 

Eits, ini enggak diskriminatif. Lomba ini bukan cuma buat teman-teman yang Muslim. Teman-teman yang non-Muslim juga bisa kok ikut. Kan ini fiksi. Mbak-mbak juga bisa bercerita tentang pengalaman berada di lingkungan yang merayakan Ramadhan dan yang tentunya berkesan. Nah, gimana syarat dan ketentuannya? Simak yuk. 

1. Cerita atau fiksi terdiri dari 500-700 kata. Cerita tidak boleh mengandung unsur SARA.
2. Fiksi harus dituliskan di dalam blog masing-masing. (Dengan begini, blog-blog mbak yang hidup susah dan mati segan itu bisa punya semangat hidup lagi, hehehe…). Bagi mbak-mbak yang tidak punya blog, bisa menggunakan akun kompasiana atau akun blogdetik yang dimilikinya.  
3. Di akhir cerita atau di bagian paling bawah cerita mohon dituliskan #FiksiIIDNJogja (sekali lagi, kita perlu soundingkan IIDN Jogja)
4. Setelah itu, link blog di-posting di Group Facebook IIDN Jogja. Tuliskan #FiksiIIDNJogja saat posting link di grup. Jangan lupa untuk menandai atau tag saya (sebagai pendata) dan juga kedua juri, yaitu Enggar Murdiasih dan Liya Swandari. Mau memanggil teman-teman lain juga boleh. Dengan demikian, teman-teman lain bisa main ke blog para IIDNers.  
5. Lomba berlangsung selama 16 Juni-28 Juni 2014,  dan ditutup pada tanggal 28 Juni pada pukul 23.59. 
6. Akan dipilih 2 fiksi terbaik oleh juri. Penjurian akan didasarkan pada keunikan cerita, dan juga pengemasan cerita.  
7. Nama pemenang akan diumumkan pada tanggal 7 Juli 2014. Pemenang lomba akan mendapatkan hadiah menarik dari IIDN Jogja. Selain itu, pemenang akan mendapat kehormatan untuk mejeng di blog IIDN Jogja sebagai pemenang lomba fiksi.  
8. Keputusan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat. 

Selamat berfiksi ria mbak-mbak :) Yang belum jelas boleh kok tanya-tanya. 

Salam :-*



up